Sepenggal cerita masa kecil
Masa kecil adalah masa yang indah, begitu kalimat yang akan kita dapatkan jika kita bertanya kepada orang lain tentang masa kecilnya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mungkin akan menjawab diluar dugaan atau tidak pada umumnya. Dan biasanya hal itu disebabkan oleh faktor lingkungan semisal pola asuh yang salah dari keluarga atau bahkan pernah mengalami kekerasan fisik maupun mental dari orang lain yang menyebabkan ia mengalami traumatik akan masa kecilnya. Naudzubillah min ndalik.
Aku adalah anak kelima dari enam bersaudara. Posisiku menguntungkan karena dengan mempunyai empat kakak yang terdiri dari tiga kakak laki-laki dan satu kakak perempuan, aku bisa lebih bebas bermain sesukaku.
Sejak kecil aku suka membaca dan berkelana. Dengan sepeda mini, aku sering pergi ke rumah nenek yang letaknya lebih dari lima kilometer dari tempat tinggalku. Sendirian, ya sendirian. Aku sangat menikmati kesendirianku dalam berkelana. Memandang sawah, mencari kumbang-kumbang, memetik bunga sampai memanjat pohon. Hehehe. Sedikit tomboy juga ya. Ada bakat pecinta alam nih!.
Hobi membacaku juga tersalurkan dengan baik. Majalah Bobo selalu menjadi santapanku walau hanya meminjam dari teman akrabku. Aku rela berlama-lama berada di rumahnya untuk menghabiskan isi satu majalah setiap terbit. Terimakasih untuk temanku Ristna Faizza. Sudah 26 tahun kami belum pernah ketemu kembali sejak lulus dari MIN Bojonegoro.
Buku bacaan idolaku saat usia SD adalah petualangan lima sekawan, tiga sekawan dan tintin. Aku banyak belajar dari buku-buku itu. Tentang kerjasama, setia kawan, keberanian, ketulusan dan lain-lain.
Ohya, saat di MIN Bojonegoro aku juga sudah belajar mencari uang. Membantu ibuku. Caranya dengan menitipkan jajanan buatan ibu ke koperasi sekolah. Dan setiap pulang uang hasil penjualan aku serahkan kepada ibuku. Perjuangan seorang ibu untuk anaknya memang luarbiasa. Tak terkecuali ibuku!
Sejak Bapak meninggal, ibuku harus berjuang lebih keras untuk membiayai pendidikan enam anak termasuk diriku. Sepulang dari mengajar di MTsN Bojonegoro ibu tak pernah berhenti beraktivitas. Beliau hanya istirahat sebentar saja lalu sudah memulai membuat jajanan untuk dititip-titipkan di warung tetangga.
Ah, aku jadi kangen beliau. Untuk ibuku Siti Fathonah dan juga Bapakku Ghozali Jufri, al Fatihah...
Silahkan berkomentar
Post a Comment