Nafakhatin Nur - Jejak Rasa dan Pikiran





Kecerdasan Kolaborasi 😍
-------------
Kalau aku ditanya orang, siapa yang akan menjadi target pertamaku setelah mengikuti pelatihan online rangkul dari @keluargakitaid maka dengan lantang aku menjawab : "aku sendiri!"

Ya, tak terasa tiga bulan telah berlalu. Sesi belajar terakhir yang kami ikuti adalah tentang belajar efektif. Seperti biasa, kami diajak, dilatih untuk berefleksi. Diberikan tugas untuk menyusun rencana aksi terhadap diri sendiri, terhadap anak dan juga menceritakan pengalaman tersebut di media sosial yang kami punya. 

Tidak seperti biasanya, kali ini aku terbawa perasaan. Ingatanku kembali pada masa lampau, saat aku mengasuh anak pertama, kedua dan ketigaku. Yang paling teringat adalah masa pengasuhan pada anak ketigaku saat ia berusia 3-6 tahun.  Birley demikian panggilannya. Dulu aku belum begitu paham ilmu perkembangan anak. Yang pasti ia sangat sensitif dengan orang baru. Sehingga ia hampir tidak mau diajak pergi terutama ke lingkungan yang belum ia kenal atau keramaian. Aku sebagai ibunya kadang gemes, kadang kesel dan kadang pernah marah juga suatu ketika harus berada di suatu tempat dan ia tidak betah, merengek maunya pulang dll. 

Aku berpikir, kalau anakku begini terus bagaimana nanti besarnya ? Jangan-jangan ia nanti tidak punya teman karena sepertinya ia lebih asyik menyendiri. Ia seakan tak butuh teman, ia juga tidak tertarik dengan pameran, pawai, dan hal-hal menarik di luar rumahnya yang biasanya disukai oleh anak-anak. 

Karena aku tak ingin anakku kelak menjadi orang yang kuper maka aku tak segan selalu berupaya mengajak ia ke berbagai tempat, menemui banyak orang, melihat suasana dunia yang riuh ini 😁. 

Lancar ? Penuh perjuangan itu iyaa. Kadang aku *waktu itu pernah berbohong demi ia mau aku ajak ke alun-alun atau ke taman kota dan tentu saja ia marah karena merasa dibohongi. Aku juga pernah mau berhenti mengajar saat Birley masuk TK karena aku  dimintanya untuk menungguinya selama belajar dan itu sudah hampir satu bulan lebih oi. Padahal teman-temannya satu minggu sudah ditinggal semua.

Pokoknya jatuh bangun aku berusaha anakku bisa bergaul dengan orang lain dan lingkungannya seperti pada umumnya  orang. Alhamdulillah ,walaus ini ia masih belum bisa sepenuhnya berteman dengan siapapun tapi setidaknya perkembangan sosialnya sudah banyak peningkatan, yang mana itu adalah bekal pertama untuk kecerdasan kolaborasinya.

Dan kecerdasan kolaborasi itu baru aku ketahui setelah mengikuti pelatihan rangkul. Juga bahwa kolaborasi termasuk kecerdasan masa depan anak yang harus diperhatikan oleh orangtua selain kritis, komitmen pada keamanan dan kreativitas.
Alhamdulillah..

Silahkan berkomentar

Post a Comment